Jumat, 22 Juni 2012

Mengerti Tak Harus Pernah

Allah Punya Banyak Cara Agar Kita Mengerti


Ada banyak jalan menuju Roma

Artikel ini saya mulai dengan sebuah pepatah lama nan klasik. Maksud dari pepatah ini jelas menunjukkan bahwa untuk menuju suatu target kita bisa lakukan dengan banyak cara. Saya sangat yakin hal ini berlaku untuk semua kasus. Dalam artikel ini target yang saya maksud lebih pada upaya kita agar dapat mengerti akan suatu hal.


Kemudian untuk mulai menyempitkan pembahasan saya ingin sedikit menampilkan sebuah pendapat umum di lingkungan kita saat ini:

Udah dehh, lo ngerti apa? Lo belom pernah kan ngerasain sendiri!

Hayyo, pernah denger atau malah pernah ngucapin kalimat ini buat orang lain? Kalo gak keduanya juga gak masalah kok, makanya disini mau kita bahas. Intinya kalimat ini digunakan biasanya untuk men-judge seseorang yang belom pernah melakukan hal yang telah kita lakukan, bahwa dia tidak mengerti dengan yang tengah kita rasakan atau jalankan. Atau dengan kata lain, orang yang belum melakukan hal yang sama dengan kita itu tidak akan mengerti kasus yang tengah kita alami.

Menurut saya pendapat demikian tidak salah tapi tidak sepenuhnya benar. Di beberapa artikel saya sudah sering tidak sepenuhnya setuju atau tidak sepenuhnya membantah suatu hal atau pernyataan. Alasan saya bukan karena saya tidak punya pendirian yang tetap atau teguh, tapi lebih kepada saya yang mencoba untuk memandang sebuah kasus dengan beberapa sudut pandang agar dapat dipelajari kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pendapat tersebut. Sama untuk artikel kali ini, saya akan mencoba melihat dari dua sisi yaitu setuju dan tidak.

Kita mulai dengan pendapat yang membenarkan pernyataan tersebut.

Dengan pernah terjun langsung atau pernah melakukan langsung suatu kasus, tentu dapat membuat kita paham terhadap kasus tersebut. Karena kita menjadi “bagian” dari kasus tersebut, kita menjadi “aktor” dalam kasus tersebut. Hal ini juga ditunjang dengan sebuah teori yang pernah saya baca, dimana ada tingkatan persentase pemahaman yang berbeda dari hanya melihat (membaca), mendengarkan, menuliskan (mencatat), baca dengar dan catat, serta melakukan (menerapkan). Dari keempat tindakan tersebut, persentase paling tinggi adalah apabila kita melakukannya.

Sekarang kita lanjut dengan pendapat yang menyangkal pendapat tersebut: Mengerti Tak Harus Pernah.

Saya sendiri lebih cenderung pada pendapat yang satu ini. Mengerti atau paham merupakan hasil dari sebuah proses salah satunya adalah belajar. Belajar ini pun memiliki ragam bentuk yang bisa tidak menuntun kita harus “pernah”. Dibandingkan dengan teori tingkat persentase pemahaman diatas, ada hal yang lebih kuat dan pasti yaitu firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 282:

dan bertaqwalah kepada Allah dan Allah akan mengajarimu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kita dapat memperoleh ilmu dengan bertaqwa. Dengan ilmu inilah nantinya kita dapat memperoleh kepahaman.

Masih banyak jalan untuk memperoleh ilmu dan kepahaman dari Allah yang bisa kita lakukan. Pembahasan lengkapnya dapat anda baca di artikel ini: Ilmu dan Cara Mendapatkannya

Sebenarnya maksud dari kasus “pernah” dalam artikel ini ialah, beberapa larangan agama atau dosa yang sungguh menyedihkan pada zaman sekarang mulai dianggap biasa. Larangan agama tersebut kini makin kreatif dibungkus dengan berbagai selubung hingga nampak sangat menggiurkan. Apalagi yang parahnya adalah taktik untuk menjerat kaum muslimin dan muslimah ini menyentuh sensitifitas, kebutuhan, dan emosi dasar manusia. Sehingga apabila ditambah dengan faktor lingkungan yang agar k.a.t.a.n.y.a. jadi modern, maka semakin kuatlah daya tarik dosa tersebulung ini.

Sekarang silahkan pembaca sekalian menterjemahkan maksud dari kata “Pernah” disini kedalam berbagai kasus. Kemudian mulai bersyukurlah bagi yang “belum pernah”, mari berpikir ulang bagi yang “menuju pernah”, dan mari bertobat serta memohon ampunan bagi yang “sudah pernah”.

Akhir kata saya tutup, semoga Allah selalu memimpin hati kita untuk selalu berada dijalan yang lurus, jalan yang Dia ridhoi. Aamiin

Comments :

0 comments to “Mengerti Tak Harus Pernah”


Posting Komentar

 

[Get Widget]