Senin, 23 April 2012

Dua Kata Ampuh Untuk Menahan Diri

Yang namanya keinginan tentunya antara manusia yang satu dengan yang lain itu berbeda, bisa jadi sama tapi kadang hanya beda waktunya saja. Tapi ada persamaan mendasar dari semua itu, yaitu keinginan itu harus dapet, harus terpenuhi, harus tercapai. Masalahnya ada orang yang cukup sabar terhadap keinginannya tersebut, ada yang gak sabar mau sesegera mungkin harus tercapai, dan ada pula yang mau bersabar tapi kok tekananan untuk segera itu besar sekali.

Kalo mau jujur, sebenarnya saya sendiri sedang dalam posisi tersebut. Tidak hanya menginginkan satu hal tapi ada banyak sekali. Suatu hal yang sangat manusiawi sekali bukan? Nahh, disini saya sedikit mau berbagi, yahh semacam apa yang terjadi pada saya selama dalam tekanan keinginan ini. Saya gak mau dibilang ini sebagai tips, walaupun judulnya sedikit mengarah kesana, karena kalo tips itu kesannya telah dibuktikan dan diuji pada banyak sample dan variabel. Jadi kita sebut saja berbagi saja lahh ya :)

Ada dua kata yang saya rasa cukup kuat membendung rasa keinginan saya tersebut hingga mungkin bisa disebut tenang di level sabar. Dua kata tersebut adalah Nanti & Untuk Apa?

Tentunya kedua kata tersebut tidak akan ada makna apapun jika hanya sekedar terlintas atau dipikirkan saja. Namun kita perlu meresapi makna yang cukup mendalam dari kedua kata tersebut. Sekarang mari kita lihat ada makna apa dibalik kata singkat dan sederhana tersebut.

Nanti

Kata ini bermakna tunda. Saat tekanan dari keinginan tersebut mulai memenuhi dan mercuni pikiran anda, cobalah hadirkan kata Nanti ini dalam pikiran anda dengan penuh semangat dan keyakinan. Kata ini akan mencoba mensugestikan kedalam pikiran anda: Iya sabar, insyaAlloh kamu juga bakal kayak gitu. Kata ini mencoba menenangkan pikiran kita sekaligus memberikan rasa sabar dalam dada bahwa kita dengan izin Yang Maha Kuasa juga bisa seperti itu tapi belum sekarang.

Coba kita lihat pada contoh kasus sederhana. Misalkan kalo mantan kamu udah punya kekasih yang baru tapi kamu belum atau malah emang belom pernah punya mantan sama sekali (you know what I mean), biasanya dalam pikiran ini bakalan penuh dengan kalimat: Gue kapan?? Nahh, coba dehh hadirkan kata Nanti dalam pikiran, terus mulai deh rasakan aura positif mulai menenangkan pikiran kita.

Kuncinya kata ini sebenernya adalah sugesti yang menimbulkan semangat. Jadi kalo dalam pikiran kamu udah mentahin duluan, Jiahh yang kayak gini mah kagak mempan. Bullshit lahh ! Yaudah maka dapat dipastikan sugestinya gak bakalan dapet. La wong kamunya aja udah gak percaya duluan, pikiran kamu ya bakal memblok semuanya. Dan jadilah tekanan dari keinginanmu itu semakin besar hingga bisa menerbitkan galau berkepanjangan.

Ingat lohh, kata ini berfungsi menunda, bukan mengabaikan atau meniadakan. Keinginan baik kenapa harus ditiadakan? Ditunda dan diarahkan hingga semuanya siap bukannya lebih baik tohh :)

Untuk Apa?

Kata ini bermakna evaluasi. Mungkin anda sudah bebas dari tekanan keinginan yang ingin anda capai dan sudah masuk ke tahap selanjutnya yaitu meyakinkan diri. Inilah fungsi dari kata Untuk Apa disini, yaitu meyakinkan diri anda sendiri bahwa yang anda inginkan ini sudah benar dan dibutuhkan. Point terpentingnya disini adalah telah dibutuhkan. Adakalanya apa yang kita inginkan itu hanya sekedar emosi sesaat atau bahkan hanya ikut-ikutan trend. Agak pas dengan kalimat yang sering kali terdengar: cuma pingin aja atau bahkan cuma penasaran doank sihh. Bukankah ini akan sangat mubazir?

Saat anda mulai ingin meyakinkan diri, sekarang coba hadirkan pertanyaan Untuk Apa? kedalam pikiran anda. Nahh lohh, anda ditanya tuh sama pikiran anda sendiri buat apa hayo.. Mungkin terkesan aneh dan rada gak waras kali yahh bikin pertanyaan sendiri tapi jawab sendiri. Disini saya bukan ingin mengajak anda menjadi tidak waras, tetapi saya ingin mengajak anda yakin bahwa keinginan saya ini sudah benar dan sudah saatnya diwujudkan.

Dengan menanyakan Untuk Apa? anda akan melihat lebih dalam lagi kedalam hati dan diri anda bahwa alasan dari keinginan anda tersebut sangatlah penting. Anda sudah benar-benar membutuhkannya, sehingga sudah selayaknya anda sekarang segera berusaha dengan sebaik mungkin agar kebutuhan anda tersebut dapat tercapai.

Dalam pertanyaan ini kuncinya adalah menjawab dengan jujur tanpa interfensi dari apa atau siapapun. Bukan sekedar mencari alasan agar bisa meluluskan keinginan kita tersebut. Karena yang namanya alasan itu gampang untuk dicari dan dibuat-buat, lalu karena kita telah dipenuhi oleh hawa nafsu kita jadilah kita meng-amin-kan alasan tersebut.

Jadi kita disini akan mencari jawaban yang menjadi alasan bahwa sudah saatnya kita melebihkan usaha dan do’a agar keinginan yang memang kebutuhan kita tersebut dapat terwujud tanpa harus ada yang pengorbanan yang sia-sia dan mubazir.

Ingat Alloh Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan dalam firmanNya : "Sesungguhnya orang yang mubazir (boros), adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya " [QS. Al-Isra, surah ke-17, juz ke-15, ayat : 27]
Selengkapnya...

Sabtu, 21 April 2012

Manusia Itu Terlalu Heterogen Untuk Digeneralisasikan

Posting kali ini yang mau saya bahas juga gak jauh-jauh dari masalah manusia dan kehidupan sosial. Lagi-lagi masalah sosial yang saya maksud disini adalah Social Network a.k.a jejaring sosial. Ada banyak hal menarik di jejaring sosial yang bisa kita angkat untuk dibahas. Salah satunya adalah kehidupan nyata atau realita dari sang empunya akun.

Kalo kita perhatikan gaya orang dalam “beraktifitas di jejaring sosial” ada banyak sekali ragamnya. Fokus yang menjadi perhatian kali ini adalah gaya berbahasa dan isi dari text-nya tersebut. Ada yang serius, ada yang suka bercanda, ada yang suka galau, ada yang suka ngeluh, ada yang sedih mulu, ada yang centil nan ganjen, dan masih banyak ragam lainnya.

Yang jadi masalah adalah biasanya kita itu akan menilai apa yang ada didepan mata kita sekarang sebagai bentuk keseluruhan. Jadi maksudnya disini orang akan beranggapan atau menilai sesorang itu sesuai dengan tulisan-tulisan orang tersebut di jejaring sosial. Pernah saya mendengar sebuah argumen seperti ini, “Kalo mau liat aslinya tuh orang, perhatiin aje tweet nya”.

Hal ini jelas tidak salah tapi tidak sepenuhnya benar, kalau menurut saya.

Kenapa bisa dikategorikan tidak salah?
Sudah jelas karena akun di jejaring sosial itu merupakan semacam perwakilan orang dunia nyata ke dunia maya. Apa yang orang tersebut tulis di akun nya jelas berasal dari dirinya sendiri. Dan memang kebanyakan orang-orang bisa dilihat kebiasaan, pola pikir, tingkah lakunya, dari apa yang dia tulis disitu. Atau dengan kata lain orang aslinya emang gak jauh beda dari akunnya.

Lantas kenapa tidak sepenuhnya benar?
Disinilah yang jadi pokok pembahasan kita sekarang. Ingat subjek yang kalian akan nilai ini adalah manusia. Memang manusia itu cuma ada dua, laki-laki dan perempuan. Tapi sifat, tingkah laku, pola pikir, kebiasaan, pokoknya segala hal yang menyangkut dengan psikologis dan kepribadiaan itu sifatnya luas. Dan juga tidak sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Terlalu banyak variabel yang kita lewatkan bila hanya menilai orang tersebut dari tulisannya di jejaring sosial.

Memang untuk menilai seseorang itu gak perlu memenuhi semua variabel apalagi terlalu serius seperti akan melakukan sebuah penelitian ilmiah. Tapi akan menjadi serius bila mindset kita terhadap seseorang itu adalah buruk hanya karena bagian kecil dari hidupnya yang “tak nyata alias maya”.

Seperti yang saya bilang diatas, memang kebanyakan orang itu bisa dilihat dari “aktifitasnya” di jejaring sosial. Tapi ada orang-orang tertentu yang menjadikan akunnya itu sebagai sisi lain dari dirinya. Mungkin orang yang beranggapan penuh bahwa, “Udeh liat aja noh tuh orang di twitter n fb nya gimane, ya itu lah dia yang asli”, belum pernah bertemu dengan model akun yang saya maksud tersebut.

Percaya atau tidak saya udah beberapa kali menemukan akun model ini. Jadi antara orangnya yang asli dan aktifitasnya di jejaring sosialnya itu berbeda 180o. Kenapa saya bisa mengatakan berbeda sama sekali, karena saya kenal dengan orang aslinya dan saya sudah amati benar antara “kebiasaan asli” dan “kebiasaan maya”nya. Mungkin kalo sekedar satu dua akun bisa dianggap kebetulan. Tapi kalo sudah beberapa akun, walopun tak sampai ratusan, tentunya ada benang merah yang bisa kita tarik donk dari hal ini. Lagipula kalo menurut saya, terlalu cepat kita menilai sesorang keseluruhan hanya dari gaya dia “beraktifitas” di jejaring sosial.

Seperti biasa, artikel ini saya buat sebagai bentuk penuangan pandangan dan pemikiran saya terhadap apa yang ada disekitar saya. Saya bukan orang yang punya ilmu yang mumpuni dibidang sosiologi, antropologi, dan psikologi. Jadi kalo ada orang yang memang kompeten pada disipilin ilmu yang berkaitan mau mentahin artikel ini habis-habisan, ya silahken :D

Tetapi yang jelas saya pernah tau tentang ilmu-ilmu sosial seperti itu, dan saya pernah belajar meneliti & menganalisa mengenai manusia dan hal-hal sosialnya.

Sama seperti artikel sebelumnya, buat penutup saya mau menuliskan apa yg saya tulis di bio twitter saya lagi dehh:
hanya sebuah akun jangan diartikan terlalu jauh ^-^
Selengkapnya...

Sabtu, 14 April 2012

Emoticon dalam Teks Itu Penting

Secara umum ada dua jenis bahasa didunia ini, yaitu bahasa verbal dan bahasa tulisan. Bahasa verbal merupakan bahasa yang diucapkan oleh mulut dan ditangkap oleh panca indera berupa telinga. Sedangkan bahasa tulisan adalah sebuah pengalihan bentuk dari bahasa verbal ke bentuk yang bisa dilihat dan disentuh atau dengan kata lain berwujud yang untuk menerjemahkannya dengan panca indera berupa mata.

Penjelasan diatas hanyalah gambaran secara umum bahwa ada dua bentuk bahasa yaitu lisan dan tulisan. Nahh dalam artikel kali ini saya bukan mau menjelaskan sejarah bahasa atau deskripsi tentang bahasa. Karna itu bukan kapasitas saya, cukuplah pembaca sekalian mendapatkannya dari guru Bahasa Indonesia dibangku sekolah atau kuliah :)

Disini saya mau sedikit menuangkan pendapat saya tentang penggunaan emoticon dalam sebuah teks kalimat. Tentu kita semua tahu apa yang dimaksud dengan emoticon, yaitu paduan dari beberapa simbol untuk membentuk sebuah ekspresi yang biasanya wajah atau orang.

Misal emot :) ini artinya orang senyum, emot :D artinya orang tersebut sedang senyum sampe giginya keliatan, dan emoticon :( artinya orang tersebut sedang sedih, dan masih banyak lainnya. Seiring dengan perkembangan teknologi ragam emoticon pun semakin berkembang atraktif, menarik, dan beraneka ragam. Tetapi emot yang saya maksud disini tidak hanya terbatas pada paduan karakter tersebut, melainkan juga termasuk ekpresi ketawa semisal: hahaha, hehehe, wkwkwk, dan lain lain.
Biasanya sihh emoticon ini banyak digunakan dalam pesan singkat (SMS), status FB, tweet, atau jejaring sosial lainnya. Intinya umum digunakan dalam tulisan yang tidak formal lah.

Kalo menurut saya emoticon ini sangat penting digunakan dalam teks tak formal seperti tersebut. Kenapa?

Coba kita perhatikan saat orang mengucapkan sebuah kalimat. Bukan hanya pesan yang ada dalam ucapan orang tersbut yang akan kita tangkap, melainkan juga intonasi dan ekspresi saat orang tersebut mengucapkan kalimat tersebut. Sebagai contoh dalam mengucapkan kata “Iya”, akan ada bnyk ekspresi yang bisa digunakan saat pengucapannya. Bisa Iya dengan nada gembira, biasa saja, ogah-ogahan, atau bahkan marah.

Sekarang bandingkan kalo anda mengirim sms yang berupa pertanyaan ke seseorang. Teks yang anda kirim tersebut berupa deskripsi panjang yang bermuara pada sebuah pertanyaan. Lalu dengan singkat orang tersbut menjawab “Iya”. Memang point terpenting dr pertanyaan kita terjawab, tapi kita tidak tau sbnrnya orang tersbut jawab dengan terpaksa atau gimana. Itu bakal jadi sangat masalah kalo pesan tersebut dari someone special, hehehe.

Mungkin contoh kasus yang saya ambil diatas kurang mendeskripsikan dengan detail. Tetapi saya anggap pembaca sekalian sudah mengerti kearah mana maksud deskripsi saya tersebut.

Terlepas dari jujur atau tidaknya orang tersebut memilih emot nya, yang jelas dengan adanya emoticon pada pesan tersebut kita akan tau lebih jelas kondisi org tersebut dlm membalas pesan kita. Mungkin pembaca sekalian akan ada yang beranggapan, “ahh dasar lo nya aje yang terlalu perasa. Gue biasa aja tuh!

Yapp,, saya hargai pandapat anda karena memang beda individu beda pula pendapatnya :)

Buat penutup saya ingin memberi sedikit contoh kasus nyata yang saya temui.
Jadi suatu ketika saya pernah dapet sms forward atau yang lebih dikenal dg istilah jarkom, yang isi nya meminta orang yg menerima pesan tersbut berkumpul disuatu tempat. Sms itu tanpa emot sama sekali, pokoknya to the point lahh. Emang bagus sihh singkat pada jelas dan saya tidak mempermasalahkannya sama sekali. Tetapi ada salah satu orang yg dpt sms tersebut ngomel ke saya, “apa-apaan nih orang merintah kita buat ngumpul ! emangnya die siape !!”. Nahh lohh, saya bingung kenapa nih orang mikir gini. Saya lihat lagi lah smsnya, saya baca lagi, dan coba saya cerna lagi, baru lah saya sadar ternyata emang dari struktur kalimat yang dia buat memang bisa mengarahkan orang untuk berpikir kearah sana.

Dari kejadian diatas dapat kita lihat bahwa suasana hati, perasaan, kejiwaan, psikologis seseorang itu berbeda-beda walaupun hanya dalam menyikapi sebuah pesan teks. Itulah alasan kenapa saya sangat suka memberi emoticon pada sms, tweet, or status fb saya. Hehehe

Ok, sekian buat artikel kali ini. Buat yang penasaran seperti apa kalo berkirim pesan dengan saya, bisa cari saya di twitter @aanruf :D
(#promosi lagi, hehehe)
Selengkapnya...

Minggu, 08 April 2012

Galau di Social Network Bagus kok Buat Psikologis

G.A.L.A.U, entah bagaiamana ceritanya kosakata ini semakin sering kita dengar baik di jejaring sosial, tv, radio, dll. Tapi kalo saya pertama kali dengar kata ini di twitter. Entah karna saya lebih sering mantengin time line twitter daripada TV atau emang saya yang gk ngikutin perkembangannya. Semua itu gak jadi masalah, karna yang ingin saya bahas di artikel kali ini bukan asal-usul serta sejarah perkembangan kata galau itu. Disini saya ingin membahas menganai fenomena meng-galau di jejaring sosial dengan psikologis seseorang. Mungkin sepintas bahasa yang saya gunakan untuk menggambarkan maksud artikel ini kayaknya tinggi banget. Tapi enggak lah, saya bukan seorang psikolog. Saya hanya seorang mahasiswa teknik elektro tingkat akhir yg sedang menyusun Tugas Akhir, yang suka memperhatikan fenomena sosial disekitar.

Jadi kalo nanti ada orang yang kompeten dibidang ini mau menyangkal dan mentahin artikel yang notabene cuma curahan pikiran saya ini, ya gak masalah. Tapi yang jelas saya pikir masalah ini cukup bagus untuk diteliti lebih lanjut oleh orang yang kompeten. Atau mungkin nanti mau saya kasih ke mama saya aja buat penelitian dia, soalnya mama saya juga lagi kuliah psikologi. Hehehe

Ok cukup untuk mukadimmah nya, lanjut ke inti permasalahannya.

Kita mulai dengan defenisi kata galau, apa perlu saya buka Kamus Besar Bahasa Indonesia buat nyari arti kata galau? Terlalu lebay kali yah kalo cuma buat artikel gini doank. Saya anggap persepsi kita sama tentang makna galau itu sendiri. Yaitu kondisi dimana sesorang banyak pikiran sampe uring-uringan, yang bisa merambat sampe susah makan, susah tidur, dll. Lanjut ke penyebab terjadinya galau, bisa jadi masalah dikantor, kuliah, sekolah, uang, dan asmara. Tapi kalo yang saya sering amati di jejaring sosial, penyebab galau remaja itu gak jauh dari masalah asmara dan cinta.

Sekarang lanjut ke ragam bentuk galau yang sering ditemui di jejaring sosial. Kalo saya amati, beberapa bentuk galau yang ada itu antara lain direct galau dan indirect galau. Direct galau itu kalo misalnya tulisan yang akun tersebut buat adalah hasil dari pikiran dia sendiri. Yahh bisa kita bilang akun jenis ini cukup “gentle” lah untuk mengakui kalo dia sedang galau. Lalu selanjutnya tipe indirect galau, tulisan yg akun ini buat biasanya bukan orisinil hasil pikiran dia tapi yang dia post itu merupakan sama dg yang dia pikirkan atau dia rasakan saat itu. Misal kalo di twitter, di me-retweet tulisan yang beraroma galau. Atau bisa juga ngambil dari kutipan lagu, yg liriknya nyerempet2 galau. Kita gak boleh men-judge akun ini tak “gentle” mengakui dia sedang galau. Tapi sebenarnya akun ini mungkin masih abu-abu, sebenarnya dia galau apa enggak sih? Tapi kenapa tulisan orang lain tuh pass bener dg keadaan dia.

Mungkin masih ada banyak lagi variant baru dari galau yang terus berkembang di jejaring sosial bak virus komputer. Tapi mungkin secara umum, untuk saat ini, variant galau yg bisa saya klasifikasikan dan publish disini cukup segini saja. Hehehe

Sebenarnya ada baiknya kita juga membahas mengenai level-level galau yang ada. Sering denger orang bilang: galau tingkat dewa ?? ini terdengar seperti level galau tingkat tinggi. Tapi jadi akan terlalu melebar jika saya lanjut bahas tentang tingkatan galau. Jadi sebaiknya langsung saja kita ke pengaruh galau tersebut ke psikologis.

Menggalau itu merupakan salah satu bentuk lain dari menuangkan unek-unek yang ada dipikiran kita. Sama halnya kayak curhat lahh, jadi kita itu menceritakan masalah kita pada orang lain. Tapi seiring dg perkembangan teknologi dan zaman, model menuangkan unek-unek ini turut berkembang. Dalam menggalau di jejaring sosial, juga terjadi proses menuangkan unek-unek ini. Jadi secara tidak langsung kita itu mengurangi beban pikiran. Dengan men-share isi pikiran kita ini ada beberapa hal yang positif yang bisa kita amati, yaitu beban pikiran dan tekanan paa diri kita jadi sedikit berkurang dan mungkin siapa tau orang yg hendak kita tuju dari tulisan tersebut membaca isi hati dan pikiran kita tersebut.

Lantas apa hubungannya dengan psikologis seseorang?

Kalo saya amati seiring dengan semakin populer nya galau di jejaring sosial, berita atau kasus bunuh diri karena masalah asmara dikalangan ABG labil cenderung semakin berkurang. Dan sangat berbanding terbalik dengan yang terjadi di dunia maya, semakin banyak akun pribadi atau akun yg non-pribadi yang semakin pandai merangkai kata-kata mutira dari kegalauan. Hal inilah yang butuh penelitian dan pembuktian lebih lanjut, apakah memang benar data bunuh diri tersebut turun atau hanya karena yang lebih menarik untuk diberitakan adalah kasus korupsi.

Terelepas dari benar tidaknya hal tersebut, yang jelas ada hal positip yang bisa kita ambil dari galau di jejaring sosial. Tapi masalahnya ada berapa banyak orang yang bisa menjadikan galau di jejaring sosial ini sebagai media penyalur unek-unek. Selanjutnya yang terpenting adalah, galau boleh tapi jangan berlebihan dan keterusan. Bosen juga kali orang liat tulisan kita galau mulu’ !
Yapp, itulah sekelumit pandangan saya tentang fenomena tersebut. Saya yakin akan ada yang pro dan kontra dg pendapat saya ini. Atau malah bakal ada yg komentar, “bacotan ga berbobot gini gk usah dianggep serius !”. Itu terserah pembaca yang budiman masing-masing. Yang jelas, kalo anda pernah juga merasa galau tapi anda belum mengenal jejaring sosial, ada baiknya anda mulai membuat akun jejaring sosial untuk memulainya. Hahaha

Sekedar info, kalo mau cari saya bisa follow akun twitter saya @aanruf (#promosi hehehe)
buat penutup artikel ini saya mau tulis bio twitter saya aja deh:
hanya sebuah akun, jangan diartikan terlalu jauh

Selengkapnya...

:: My Banner ::

:: Followers ::

:: My Community ::

Komunitas Blogger WongKito Kaskus Blogger Community
-

:: My Twitter ::

 

[Get Widget]