Selasa, 12 Mei 2009

Sahabat, Cerita yang Tak kan Pernah Berakhir

Apa yang ada di benak anda, setelah mendengar kata Sahabat ? Mungkin sebagian dari kita akan menjawab, Sahabat itu tempat kita menceritakan semua rahasia kita walaupun itu sangat pribadi. Mungkin sebagiannya lagi akan menjawab, Sahabat adalah harta dimana memori kita tentangnya tak kan tergantikan dengan uang. Atau bahkan anda menjawab keduanya, yaitu tempat kita menceritakan semua rahasia kita dimana memori kita tentangnya tak kan terlupakan. Itu semua terserah anda. Tetapi yang jelas, dalam artikel ini saya akan sedikit menceritakan tentang tiga teman terbaik ku selama di SMA.


Berawal di kelas XI PSIA 5, sebuah kelas yang di dalamnya berisikan orang-orang dengan sifat yang beda-beda. Namun tetap ada kesamaan diantara kami, yaitu kami saling menyayangi dan kami hobi maen kartu. Berawal dari hobi yang sama inilah kami memberi nama kelas kami “Las Vegas”. Keren gak, kayak nama kota di mana gituh... (hehehe). Nah, dikelas inilah saya mengenal dua orang teman terbaikku. Yang pertama bernama Allan Dwifa Putra, tapi sering dipanggil orang Padus. Terus yang kedua Haris Firmansyah, sebagian orang memanggilnya (ehm, sorry) Bar-Bar. Tapi saya jarang loh, manggil dia kayak gituh.

Walaupun kami moving class sehingga membuat tempat duduk kami gak pernah mantep, tapi rata-rata teman satu meja kami yang itu-itu aja. Begitu pula dengan saya, kalau gak dengan Padus ya dengan Haris. Tapi kenyataannya saya lebih sering duduk dengan Padus.

Baikah, saya mulai dengan Padus
Padus itu kalau menurut saya adalah orang yang paling pinter diantara kami berempat. Gak cuma di pelajaran sekolah doank, tapi dalam banyak hal. Salah satunya dalam hal musik. Wah kalau udah ngomongin soal musik, udah deh diantara kami berempat ya cuma dia yang paling jago. Habis itu, menurut saya dia itu punya wawasan yang luas. Kalau diajak ngobrol tentang pelajaran, ngerti. Kalau diajak ngomong soal musik, apalagi. Kalau diajak ngomong soal film, okeh. Kalau diajak cerita tentang anime dan komik, wuih hobinya tuh. Pokoknya menurut saya dia itu multi talent.

Gak salah saya satu tim dengan dia pas ikut LKIR kemarin. Mulai dari kita ngembangin ide penelitian, ngumpulin data-data penunjang, ngolah data mentahnya, ngebuat jadi Karya Tulis, sampe akhirnya latihan presentasi buat mempresentasikan hasil penelitian kami di hadapan para juri di LIPI. Wah, pokoknya penelitian kemarin jadi asyik banget.

Berikutnya, saya akan beralih ke Haris
Haris itu menurut saya adalah orang yang paling fanatik diantara kami berempat kalau udah ngomong soal agama. Saya jadi inget kalau udah jam 12 siang, dia pasti hilang dari kelas dan anak-anak pada bingung. Trus kalau udah kembali dia bakal jawab, “Habis dari WC”. “Tapi kok dari arah masjid ?”. Eh dia jawab lagi, “Iya, dari WC masjid. Karena udah masuk Zuhur, ya sekalian sholat dulu deh”. Kalau udah jawab gitu, gak bisa dibantah lagi deh. Dan pada akhirnya semua orang dikelas bakalan maklum kalau pas jam 12 an anggota kelas kami berkurang satu.

Satu lagi kelebihan Haris diantara kami berempat yang baru kami sadari setelah duduk di kelas XII, yaitu dia paling jago di pelajaran Kimia. Gak telat-telat amat sih buat menyadarinya, habis pas kelas XII kami suka banyak nanya ke dia tentang Kimia.

Nah yang terkahir dari kami berempat adalah, Guntur Ramadhani
Saya menulis Guntur diurutan terakhir bukan berarti dia kurang berarti bagi saya. Tapi karena pas kelas XI kita belum sekelas, dan saya mulai dekat dengan dia pas di kelas XII. Tepatnya di kelas XII PSIA 6. Sebuah kelas yang juga unforgetable.

Jadi ceritanya pas kelas XII, saya, Padus, dan Haris kelas nya terpisah dikarenakan Rolling Class setiap 1 tahun. Nah, inilah awal mulanya saya mulai mengenal baik sosok Guntur. Selama di kelas XII dia lah yang menjadi teman semaja ku. Guntur itu menurut saya adalah orang yang paling sering bertukar pikiran dan pendapat dengan saya. Tidak hanya itu, saya paling banyak cerita tentang apa saja, termasuk searchingan-ku ya dengan Guntur. Habis itu, dia itu orang yang paling sering ber-jayus-ria dengan saya.

Oh iya, pas kelas XII ini kami suka belajar kelompok. Terutama pas mulai masuk ke semester 2. Nah, yang jadi markasnya rumah Guntur deh. Walaupun rumahnya ada di seberang Hulu Sungai Musi, tapi kami teteup bela-belain. Soalnya kalau udah belajar di rumah Guntur, stock makanan gak usah diragukan lagi deh. Mulai dari snack hingga makan siang. (hehehe)

Selain sebagai teman, Guntur itu adalah Rekan Bisnis saya. Sebuah bisnis yang baru mulai kami jalankan diakhir semester 2. Bisnis yang kami jalankan itu adalah Duta Business School (DBS).

Nah, itu lah sedikit cerita tentang tiga orang teman terbaikku selama di SMA. Tetapi yakinlah, memori indahku bersama mereka tak sebanding dengan apa yang aku tuliskan ini. Dan memori itu akan kukenang selalu. Sama seperti yang aku tulis di alkena, semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu. Jika kita bertemu di suatu hari nanti, ku harap kita semua telah menjadi orang yang suskes, dan kuharap kalian tak melupakan ku…

Comments :

2 comments to “Sahabat, Cerita yang Tak kan Pernah Berakhir”

Wah sepertinya sahabatnya banyak sekali, dan sangat berkesan sampe sekarang. Oh ya jadikan saya juga sahabatmu ya ?!?

sgharjono mengatakan...
on 

Ayo kita berteman :)

Aan Ma'ruf mengatakan...
on 

Posting Komentar

 

[Get Widget]