Posting kali ini yang mau saya bahas juga gak jauh-jauh dari masalah manusia dan kehidupan sosial. Lagi-lagi masalah sosial yang saya maksud disini adalah Social Network a.k.a jejaring sosial. Ada banyak hal menarik di jejaring sosial yang bisa kita angkat untuk dibahas. Salah satunya adalah kehidupan nyata atau realita dari sang empunya akun.
Kalo kita perhatikan gaya orang dalam “beraktifitas di jejaring sosial” ada banyak sekali ragamnya. Fokus yang menjadi perhatian kali ini adalah gaya berbahasa dan isi dari text-nya tersebut. Ada yang serius, ada yang suka bercanda, ada yang suka galau, ada yang suka ngeluh, ada yang sedih mulu, ada yang centil nan ganjen, dan masih banyak ragam lainnya.
Yang jadi masalah adalah biasanya kita itu akan menilai apa yang ada didepan mata kita sekarang sebagai bentuk keseluruhan. Jadi maksudnya disini orang akan beranggapan atau menilai sesorang itu sesuai dengan tulisan-tulisan orang tersebut di jejaring sosial. Pernah saya mendengar sebuah argumen seperti ini, “Kalo mau liat aslinya tuh orang, perhatiin aje tweet nya”.
Hal ini jelas tidak salah tapi tidak sepenuhnya benar, kalau menurut saya.
Kenapa bisa dikategorikan tidak salah?
Sudah jelas karena akun di jejaring sosial itu merupakan semacam perwakilan orang dunia nyata ke dunia maya. Apa yang orang tersebut tulis di akun nya jelas berasal dari dirinya sendiri. Dan memang kebanyakan orang-orang bisa dilihat kebiasaan, pola pikir, tingkah lakunya, dari apa yang dia tulis disitu. Atau dengan kata lain orang aslinya emang gak jauh beda dari akunnya.
Lantas kenapa tidak sepenuhnya benar?
Disinilah yang jadi pokok pembahasan kita sekarang. Ingat subjek yang kalian akan nilai ini adalah manusia. Memang manusia itu cuma ada dua, laki-laki dan perempuan. Tapi sifat, tingkah laku, pola pikir, kebiasaan, pokoknya segala hal yang menyangkut dengan psikologis dan kepribadiaan itu sifatnya luas. Dan juga tidak sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Terlalu banyak variabel yang kita lewatkan bila hanya menilai orang tersebut dari tulisannya di jejaring sosial.
Memang untuk menilai seseorang itu gak perlu memenuhi semua variabel apalagi terlalu serius seperti akan melakukan sebuah penelitian ilmiah. Tapi akan menjadi serius bila mindset kita terhadap seseorang itu adalah buruk hanya karena bagian kecil dari hidupnya yang “tak nyata alias maya”.
Seperti yang saya bilang diatas, memang kebanyakan orang itu bisa dilihat dari “aktifitasnya” di jejaring sosial. Tapi ada orang-orang tertentu yang menjadikan akunnya itu sebagai sisi lain dari dirinya. Mungkin orang yang beranggapan penuh bahwa, “Udeh liat aja noh tuh orang di twitter n fb nya gimane, ya itu lah dia yang asli”, belum pernah bertemu dengan model akun yang saya maksud tersebut.
Percaya atau tidak saya udah beberapa kali menemukan akun model ini. Jadi antara orangnya yang asli dan aktifitasnya di jejaring sosialnya itu berbeda 180o. Kenapa saya bisa mengatakan berbeda sama sekali, karena saya kenal dengan orang aslinya dan saya sudah amati benar antara “kebiasaan asli” dan “kebiasaan maya”nya. Mungkin kalo sekedar satu dua akun bisa dianggap kebetulan. Tapi kalo sudah beberapa akun, walopun tak sampai ratusan, tentunya ada benang merah yang bisa kita tarik donk dari hal ini. Lagipula kalo menurut saya, terlalu cepat kita menilai sesorang keseluruhan hanya dari gaya dia “beraktifitas” di jejaring sosial.
Seperti biasa, artikel ini saya buat sebagai bentuk penuangan pandangan dan pemikiran saya terhadap apa yang ada disekitar saya. Saya bukan orang yang punya ilmu yang mumpuni dibidang sosiologi, antropologi, dan psikologi. Jadi kalo ada orang yang memang kompeten pada disipilin ilmu yang berkaitan mau mentahin artikel ini habis-habisan, ya silahken :D
Tetapi yang jelas saya pernah tau tentang ilmu-ilmu sosial seperti itu, dan saya pernah belajar meneliti & menganalisa mengenai manusia dan hal-hal sosialnya.
Sama seperti artikel sebelumnya, buat penutup saya mau menuliskan apa yg saya tulis di bio twitter saya lagi dehh:
“hanya sebuah akun jangan diartikan terlalu jauh ^-^”
Browse » Home » » Manusia Itu Terlalu Heterogen Untuk Digeneralisasikan
Sabtu, 21 April 2012
Manusia Itu Terlalu Heterogen Untuk Digeneralisasikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 comments to “Manusia Itu Terlalu Heterogen Untuk Digeneralisasikan”
Posting Komentar